Kenyang kok Ngantuk, Mengapa ya ?
Makan adalah memasukan makanan ke dalam mulut untuk mendapatkan energi. Makan berguna untuk memperoleh energi yang diperoleh dari oksidasi makanan tersebut. Namun apabila makanan yang dimasukan terlalu banyak maka akan menyebabkan kenayang. Kenyang adalah sensasi yang dirasakan jika keinginan untuk makan telah dipenuhi. Nukleus ventromedial adalah pusat kenyang. Stimulasi di daerah ini akan menyebabkan perasaan kenyang sehingga tidak mau makan (afagia), sebaliknya destruksi di daerah ini akan menyebabkan hasrat untuk makan yang berlebih dan dapat berakibat obesitas.
Neurotransmitter dan hormon memegang peranan penting. Substansi biokimia tersebutlah yang menentukan apakah selera makan akan dihambat (kenyang) atau dicetuskan (lapar). Untuk itu dikenal pengkategorian sebagai berikut: (1) Substansi orexigenic yaitu substansi yang mencetuskan rasa lapar dan (2) substansi anorexigenic yang menghambat selera makan (dengan kata lain, kenyang).
Faktor yang meregulasi kuantitas pengambilan makanan
Berdasarkan pemeliharaan simpanan energi pada tubuh, regulasi kuantitas pengambilan makanan dapat dibagi menjadi:
1. Regulasi jangka pendek
Bertujuan untuk mencegah seseorang makan terlalu banyak dalam suatu kesempatan demi optimalisasi sistem pencernaan. Dengan demikian maka sistem perncernaan dapat bekerja secara optimal dalam mengolah dan menyerap sari makanan. Jika hanya mengandalkan sinyal yang dihasilkan oleh simpanan energi (regulasi jangka panjang), maka perlu waktu yang sangat lama untuk menghentikan seseorang makan. Oleh karena itu, regulasi jangka pendek melibatkan mekanisme yang mampu bekerja dengan cepat dalam menstimulasi dan menginhibisi selera makan, seperti inhibisi akibat pengisian lambung. Ketika makanan masuk ke lambung, maka lambung akan mengalami distensi. Peregangan (mekanik) yang terjadi ini menyebabkan sinyal ditransmisikan melalui nervus vagus ke pusat kenyang-lapar sehingga selera makan akan berkurang atau hilang.
2. Regulasi jangka panjang
Bertujuan memelihara simpanan energi secara konstan dalam waktu yang relatif lama dan erat kaitannya dengan status gizi. Berbeda dengan regulasi jangka pendek, regulasi jangka panjang dalam pengambilan makanan lebih bertujuan untuk menentukan status nutrisi seseorang. Berikut adalah mekanisme yang berperan dalam meregulasi pengambilan makanan jangka panjang, misalnya efek konsentrasi glukosa, asam amino dan lipid dalam darah. Telah diketahui bahwa penurunan kadar glukosa darah menyebabkan rasa lapar. Hal itu disebut mekanisme pengaturan glukostatik (kecenderungan untuk menjaga stabilitas kadar glukosa dalam darah). Penelitian lain juga menunjukkan, regulasi oleh asam amino (aminostatik) dan lipid (lipostatik) memainkan peranan dalam mengatur rasa lapar dan kenyang.
Kenyang dapat menyebabkan ngantuk. Tanda-tanda paling nyata yang menunjukkan orang sedang mengantuk atau kelelahan adalah menguap lebar-lebar. Namun alasan orang menguap tidak hanya sekedar mengantuk, melainkan sebuah mekanisme untuk mendinginkan otak yang kepanasan. Ketika seseorang menguap, udara dari lingkungan akan masuk melalui saluran pernapasan. Temperatur udara yang lebih dingin akan diteruskan oleh aliran darah menuju otak yang kepanasan karena terlalu lama bekerja, sehingga terjadi pertukaran panas. Mekanisme ini mirip seperti radiator pada mesin mobil, yang mengeluarkan panas dari mesin melalui cairan yang diedarkan melalui pipa-pipa kecil dari mesin menuju radiator. Pertukaran panas terjadi melalui komponen logam pada radiator saat angin dihembuskan dengan kipas. Berdasarkan teori ini, maka seharusnya seseorang akan lebih sering menguap di musim panas atau ketika ketika cuaca sedang panas. Logikanya ketika cuaca di lingkungan sedang panas-panasnya, temperatur otak juga akan lebih cepat mengalami peningkatan. Namun penelitian Prof Andrew Gallup dari Princeton University menunjukkan fakta sebaliknya. Pada musim dingin ketika temperatur udara di lingkungan sedang dingin, orang justru lebih sering menguap dibandingkan saat musim panas ketika orang mengira otaknya akan cepat kepanasan. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap 80 orang pejalan kaki di Arizona tersebut, lebih dari 50 persen partisipan menguap di musim dingin. Sedangkan di musim panas, jumlah partisipan yang menguap justru lebih sedikit yakni hanya 25 persen. "Mekanisme pertukaran panas di otak tidak terjadi ketika suhu lingkungan juga panas, sehingga orang-orang justru lebih jarang menguap karena memang tidak banyak manfaatnya bagi otak," terang Prof Gallup seperti dikutip dari Dailymail, Rabu (21/9/2011). Sebagai buktinya, Prof Gallup menunjukkan data bahwa 40 persen responden sama-sama menguap pada 5 menit pertama berada di luar duangan, baik pada musim panas maupun musim dingin. Perbedaan frekuensi menguap baru tampak ketika otak tidak merasakan manfaatnya di musim panas.
Makan berlebihan atau kekenyangan sering membuat kita mengantuk sesudahnya. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Menurut para ilmuwan, terjadi reduksi oksigen yang diserap tubuh kalau kita terlalu kenyang. Dari hasil tes, oksigen tubuh berkurang sebesar 20-40% atau sekitar 5-10 detik karena pernapasan berat atau hiperventilasi. Selain itu, terjadi kejutan biokimia yang membuat pernapasan menjadi berat. Sehingga, bisa dibilang, mengantuk setelah makan dan bahkan tidur setelah makan adalah tanda-tanda terjadinya syok biokimia. Ketika tingkat oksigen tubuh turun di bawah 20 detik, maka pengaruhnya adalah terjadi overbreathing (memerlukan kerja pernapasan lebih banyak) pada kadar oksigen otak. Keadaan ini mengganggu pencernaan yang sangat cepat dan dinamis. Darah menjadi miskin akan oksigen, dan menyebabkan berkurangnya pasokan enzim pencernaan, akumulasi dari produk sisa metabolisme dalam usus besar dan sel tubuh lainnya. Pencernaan menjadi lebih lambat. Sebagai contoh, seseorang dengan pola pernapasan normal, membutuhkan sekitar 2 jam untuk mencerna makanan biasa (ketika hampir tidak ada makanan yang tersisa di lambung). Bagi orang sakit, dengan pola pernapasan tidak efektif akan membutuhkan 1-2 jam lebih lama untuk mencerna. Mengantuk setelah makan juga bisa mempercepat proses penggemukan badan (obesitas). Dan, biasanya orang penderita obesitas atau memiliki berat badan di atas normal lebih cepat mengantuk bila makan berlebih. Menurut Profesor KP Buteyko, MD, PhD, dan penelitian yang dilakukan oleh sekelompok dokter di Rusia, CO2 juga bertanggung jawab untuk mengontrol membran permeabilitas sel lemak. Ketika kita hiperventilasi (karena CO2 yang rendah), kadar glukosa darah secara alami menjadi rendah karena hiperventilasi.
Mekanismenya begini....
Menurut Gabe Mirkin, M.D., Jika kita merasa mengantuk setelah makan, terutama setelah permen atau produk roti, maka masih termasuk normal. Makan makanan manis menyebabkan otak kita untuk membuat sejumlah besar serotonin, neurotransmiter, yang membuat orang tertidur secara alami di malam hari. Makan makanan manis atau yang terbuat dari tepung, seperti produk roti atau pasta, menyebabkan gula darah meningkat lebih tinggi dari biasanya. Hal ini menyebabkan pankreas untuk melepaskan sejumlah besar insulin, yang mendorong salah satu blok bangunan protein yang disebut triptofan dari aliran darah ke otak kita, di mana waktunya akan diubah ke serotonin yang membuat kita merasa mengantuk.
Solusinya...
Sebaiknya untuk menghindari perasaan mengantuk setelah makan adalah, dengan membatasi makanan yang tinggi gula dan tepung. Lebih dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang tidak menyebabkan kenaikan tinggi gula darah seperti salad sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan atau ayam. Sementara, bagi penderita obesitas sebaiknya sering melatih pernapasan untuk meningkatkan oksigenasi tubuh. Setiap kali orang yang kelebihan berat badan makan karbohidrat kompleks atau lemak, bernapas menjadi jauh lebih buruk. Memang, prosesnya tidak membuat terengah-engah (jarang terjadi), namun biasanya lebih susah bernapas, kan?
Kesimpulannya, selain memilih makanan yang sehat, juga makanlah dengan bersahaja. Tidak berlebihan, seperti nasihat Rasulullah Muhammad SAW untuk berhenti makan sebelum kenyang.
Sumber :
1. http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/12/05/10/m3s7pe-sudah-kenyang-kok-ngantuk-ini-dia-penyebabnya.html
2. http://health.detik.com/read/2011/09/21/070455/1726905/763/menguap-tak-cuma-karena-mengantuk-tapi-untuk-dinginkan-otak.html
EmoticonEmoticon